The gospel of Jesus Christ encompasses much more than avoiding, overcoming, and being cleansed from sin and the bad influences in our lives; it also essentially entails doing good, being good, and becoming better. Repenting of our sins and seeking forgiveness are spiritually necessary, and we must always do so.

Menjadi penulis adalah sebuah perjalanan panjang, yang tidak selalu diisi oleh hal-hal yang menyenangkan. Akan selalu ada kritik, akan selalu ada komentar negatif, akan selalu ada kesalahan. Yang terpenting adalah kita belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan bangkit untuk menggapai mimpi kita.

Pelajaran terpenting. Jangan lari lagi. Kamu tidak tahu apa yang hilang saat kamu berpaling. Setelah hilang, baru tahu betapa pentingnya ia dalam hidupmu.

Bagi sebagian orang kebenaran itu penting, sebab mereka dapat menerimanya. Mereka dapat menghadapi kebenaran dengan tabah - ketabahan yang hanya dimiliki orang-orang yang mengharapkan kehidupan yang cerah.

The forgiveness of God is gratuitous liberation from guilt. Paradoxically, the conviction of personal sinfulness becomes the occasion of encounter with the merciful love of the redeeming God. "There will be more rejoicing in heaven over one sinner repenting..." (Luke 15:7). In his brokenness, the repentant prodigal knew an intimacy with his father that his sinless, self-righteous brother would never know.

Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.